Sabtu, 04 Agustus 2012

Hilmi dan Impiannya Pergi ke Luar Negeri

Sulit mempercayai keajaiban impian ketika kita belum pernah mengalaminya, walau kebanyakan orang meyakini keajaiban impian adalah pertemuan antara usaha dan takdir Illahi.  Tetapi siapa yang tahu kapan pertemuan itu terjadi ? Inilah misteri impian. 
London adalah sebagian impian Hilmi sejak kecil. Obsesi itu muncul karena keinginannya yang kuat untuk bersekolah ke tempat Harry Potter – ke sekolah sihir, dunia penuh imajinasi. Sejak berumur 8 tahun, dia penggemar berat Harry Potter. Dia bukan pembaca novelnya, tetapi dia penonton film-film Harry Potter. Seperti kebanyakan penggemar berat Harry Potter, dia juga mempunyai koleksi pernak-pernik Harry Potter: pin, T shirt, tongkat, poster dan jubah Harry Potter dan tentu saja hafal dengan mantra-mantranya.
Christo, Kak Ubiet dan Hilmi
Keinginan kuat ini pula yang  mendorong hasratnya  ketika dia berumur 9 tahun untuk berangkat ke Korea mengikuti "World Choir Games 2008" walaupun tanpa didampingi orangtua, Bukan karena ingin menyanyi dalam paduan suara, tetapi ingin tinggal  di asrama seperti Harry Potter! Tetapi betapa kecewa ketika sampai batas akhir pendaftaran ke Korea,  ibunya tidak berhasil mendapatkan sponsor dan Hilmi berkomentar datar karenanya:” Berarti yang bisa ikut ke Korea hanya orang kaya saja dong Ma …”. Ucapan Hilmi itu sontak mendorong Ibu Hilmi mencarikan kesempatan lain ke luar negeri.

Salah satu kesempatan yang diincar waktu itu adalah program homestay anak-anak di Jepang. Pengajuan formulir pendaftaran dengan kelengkapan CV yang berisi prestasinya di bidang menyanyi sudah diajukan, CV-nya dipuji panitia, tetapi ketika setahun kemudian tiba waktu pengumuman peserta, Hilmi dinyatakan tidak lolos  karena umur Hilmi kelebihan 3 bulan. Sekali lagi impian Hilmi kandas. Kandas bukan karena prestasinya, tetapi karena faktor-faktor teknis.

Lagi-lagi ibunya berusaha meyakinkan Hilmi untuk tidak berputus asa dan optimis kalau suatu saat  Allah akan mengijinkannya pergi ke luar negeri. Sampai akhirnya, jalan takdir itu dititi melalui Musikal Laskar Pelangi (MLP). Jalan pertama terbuka ketika Hilmi ikut tampil dalam MLP di Malay Festival of Arts di Esplanade Singapore pada tanggal 1-2 Oktober 2011. Luar biasa, karena penampilan MLP di Esplanade, bukan sekedar tampil dalam festival, tetapi mengisi acara pembukaan festival atas undangan panitia. Lebih luar biasa lagi, kendala biaya pergi ke luar negeri selama ini terpecahkan, karena seperti anggota rombongan lainnya dia berangkat dengan biaya sponsor dan bahkan mendapat uang saku.
Pengumuman "The Best Actor of MLP"
Jalan berikutnya, sebuah kejutan besar anugerah-Nya -- ketika pada tanggal 15 Januari 2011 di  acara penutupan MLP Highlight Dufan Hilmi dinobatkan sebagai the best actor of MLP karena penampilannya, kedisiplinan,  dan dedikasinya dalam 49  penampilan MLP sebagai Lintang  (dan 1 kali sebagai anak SD PN Timah) dalam 4 sessions MLP. Prestasinya ini membuahkan award dari PT Miles Production berupa sponsor menonton dan mempelajari musical di London dari tanggal 30 Juni hingga 4 Juli 2012 dengan didampingi kak Ubiet. Walaupun tidak sempat mengikuti Warner Bross Studio Tour untuk melihat hal-hal terkait pembuatan film Harry Potter, tetapi Hilmi menonton “The Wizard of Oz - the Musical” dan “War Horse the Musical”, mengunjungi berbagai museum di London dan menikmati kehidupan di London.

Mengingat apa yang dialaminya sejauh ini, kita bisa bertanya-tanya mengapa liku jalan yang ditempuh Hilmi seperti itu. Mengapa persyaratan umur maksimal peserta homestaydi Jepang  baru diketahui belakangan, setelah bersusah-payah mengirimkan lamaran dan ketika harapan sudah membumbung?  Kita bisa bertanya-tanya, mengapa prestasi menyanyi Hilmi sebelumnya tidak cukup kuat mengarahkan dirinya ke Korea walaupun bang Elfa Seciora (alm.) selalu mengingatnya sebagai anak Elfa's Music School (EMS) Bogor yang perlu diperhitungkan. Bahkan hari-hari terakhir menjelang kepergian Bang Elfa (ketika Hilmi sibuk MLP session1),  masih mengingatkan manajernya kalau di EMS Bogor ada Hilmi dengan maksud agar Hilmi mendapat perhatian dan dilibatkan dalam event-event EMS.

Dalam hal ini salah satu harapan orangtua, Hilmi bisa belajar langsung dengan bang Elfa tidak kesampaian, tetapi Allah memberi alternatif lain. Hilmi karena menjadi the best actor, juga mendapat beasiswa dari kak Ubiet untuk belajar privat dengannya beberapa bulan sebagai persiapan menonton musikal di London. Dia juga belajar langsung dari kak Ubiet melalui penjelasan-penjelasan kak Ubiet selama berlibur di London. Benar-benar suatu  kemewahan bisa belajar privat dan didampingi langsung oleh seorang pesuara handal Indonesia.
 
Ternyata, Allah membukakan jalan untuk meraih impiannya melalui prestasinya dan menyisakan misteri takdirnya melalui pilihan-pilihan prestasi dan konstelasi situasi yang membentuknya. Pengalaman-pengalamannya melanglang buana, menambah wawasannya, menambah keyakinannya akan kekuatan impian dan juga membangun pijakan untuk melangkah dan membangun impian-impian baru yang lebih besar. Insya Allah. Semoga takdir mempertemukan usaha dan impiannya. Amin.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar