Kamis, 07 Februari 2013

HIV/AIDS, Gejala dan Cara Penularannya



 HIV/AIDS, Gejala  dan Cara Penularannya – HIV adalah kependekan dari Humman Immunodeficiency Virus yaitu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Sistem kekebalan dianggap menurun ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya menurun (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.  Orang yang mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut HIV + (HIV positif) atau pengidap HIV. Orang yang telah terinfeksi HIV  dalam beberapa tahun awal tidak akan menunjukkan gejala, akan tetapi mempunyai potensi sebagai sumber penularan terhadap orang lain.


AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome yaitu suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS bukan penyakit turunan, akan tetapi suatu penyakit yang didapat atau ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. AIDS merupakan fase terminal dari infeksi HIV.

Penderita HIV positif adalah seseorang yang telah tertular HIV, dapat menularkan penyakitnya walaupun nampak sehat dan tidak menunjukkan gejala. Penderita AIDS adalah orang – orang yang telah menunjukkan kumpulan gejala penyakit setelah sekian waktu terinfeksi HIV.

Cara Kerja HIV dalam Tubuh Manusia


Manusia dengan system kekebalan tubuh yang sehat mampu memerangi infeksi dan bakteri karena adanya sel darah putih (Limfosit) yang berperan sebagai “tentara” agar tubuh seseorang tetap sehat dan terbebas dari ancaman infeksi. Limfosit bekerja dengan memanggil bala bantuan limfosit lainnya atu dengan memproduksi antibodi untuk menetralisir benda asing tersebut.  Bila seorang telah terinfeksi HIV maka virus menyerang sel darah putih, khususnya yang disebut CD4. Virus kemudian menyerang CD4 dan merusak system genetikanya sehingga tubuh tidak lagi memproduksi CD4, melainkan mereplikasi HIV, kemudian virus tersebut merusak CD4. Demikian terus menerus sehingga jumlah CD4 dalam tubuh berkurang, akibatnya system kekebalan tubuh menjadi turun dan tubuh mudah terserang infeksi lainnya.

Penularan HIV


Penularan HIV akan terjadi bila terjadi kontak atau percampuran dengan cairan tubuh yang mengandung HIV antara lain melalui :


  • Berhubungan seksual dengan orang dengan HIV positif, baik secara heteroseksual (lain jenis) maupun homoseksual (sesama jenis) tanpa menggunakan kondom. 
  • Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. 
  •  Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya yang tercemar HIV seperti alat tindik, tattoo, akupuntur dan lain-lain. 
  •  Pemindahan dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya saat persalinan atau penularan lewat air susu ibu ke bayinya.

Dari uraian di atas maka terdapat orang – orang yang berisiko tinggi  tertular HIV yaitu :

  • Wanita atau laki-laki yang berganti-ganti pasangan berhubungan seksual beserta pasangannya 
  • Pekerja Seks Komersil dan pelanggannya 
  • Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti hubungan seks melalui dubur (anal sex) 
  • Penyalahguna Narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik secara bersama.

Sedangkan hal-hal berikut ini tidak menularkan HIV

  • Bersenggolan dengan pengidap HIV 
  •  Berjabat tangan 
  • Bersentuhan dengan pakaian atau barang-barang lainnyabekas penderita HIV 
  • Penderita HIV yang bersin-bersin, batuk ataupun membuang ingus di depan kita 
  • Bepelukan 
  • Berciuman biasa, bukan deep kiss/ yang menyebabkan lecet 
  •  Melalui makanan dan minuman, atau makan bersama dengan pengidap HIV 
  • Sama-sama berenang di kolam renang 
  •  Pemakaian WC, wastafel atau kamar mandi bersama-sama 
  •  Gigitan nyamuk atau serangga lainnya


Perjalanan Infeksi HIV


Saat HIV masuk ke dalam tubuh manusia, 3 – 6 bulan pertama disebut periode jendela, yaitu suatu periode waktu dimana pada awal seseorang terinfeksi HIV , akan tetapi bila dilakukan pemeriksaan terhadap darahnya hasilnya negatif, antibody terhadap HIV belum terdeteksi.  Pada saat ini orang tersebut sudah dapat menularkan HIV. Masa inkubasi HIV rata-rata adalah 5-10 tahun, yaitu masa dimana virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia sampai menunjukkan gejala penyakit.  Kemudian setelah waktu 5-10 tahun berlalu kemudian muncul gejala penyakit, dan orang tersebut disebut menderita AIDS. Lamanya dapat bervariasi dari satu individu dengan individu yang lain. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi HIV dan menjadi sakit karena AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, kadang-kadang bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

Gejala HIV dan AIDS  

Saat seseorang terinfeksi HIV, awalnya tidak ada gejala yang segera tampak, sehingga sebagian besar penderita tidak menyadarinya. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversi, yaitu  pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. Walaupun tanpa gejala seorang penderita HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Penyakit atau gejala baru muncul apabila sudah melewati masa inkubasi yang rata-rata berlangsung 5-10 tahun.

      Tahapan perkembangan HIV secara umum dibagi menjadi beberapa tingkat antara lain : 

  1.  Tahapan Primer. Seseorang positif terkena HIV namun belum menunjukkan gejala, gejala hanya berupa gejala flu seperti pusing, agak demam, lemas dan lain-lain sehingga sering terabaikan. Biasanya terjadi setelah 2-4 minggu saat pertama kali virus masuk ke tubuh seseorang. 
  2.  Tahapan Asimptomatik atau Tanpa Gejala. Seseorang sudah HIV positif akan tetapi belum menunjukkan gejala. Jumlah CD4 dalam darah terus berkurang. Kadang-kadang disertai keluhan pembengkakan kelenjar getah bening. 
  3. Tahapan Simptomatik atau bergejala. Seseorang yang sudah terkena HIV  mengalami gejala ringan namun tidak mengancam seperti demam yang bertahan lebih dari 1 bulan, berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare selama lebih dari 1 bulan, berkeringat di malam hari, batuk lebih dari 1 bulan, kelelahan berkepanjangan. Kadang-kadang gejala dermatitis pada kulit, infeksi pada mulut, lidah sering dilapisi lapisan putih, herpes dan lain-lain. Gejala akan semakin parah seiring penurunan jumlah CD4. 
  4.  Tahapan Akhir atau AIDS.  Seseorang sudah menunjukkan gejala AIDS penuh, yaitu adanya penyakit opotunistik, seperti infeksi paru (Pneumocystic jerovicii), kandidiasis, Sarkoma Kaposi, tuberculosis, berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, toksoplasma pada otak, dan lain-lain. Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.

HV digolongkan sebagai Infeksi menular Seksual (IMS) karena keduanya mempunyai keterkaitan yaitu sama-sama dapat ditularkan melalui hubungan seksual, keduanya juga berisiko menyerang orang-orang yang berprilaku berganti-ganti pasangan seks tanpa memakai kondom. Luka basah yang ditemukan pada pasien IMS menjadi pintu masuk HIV langsung ke pembuluh darah, sehingga tertular IMS berarti memperbesar risiko tertular HIV.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar