Berita Finansial
Berita Finansial - Dikabarkan oleh media dalam majalah inilahreview di edisi ke-12 tahun II, bahwa produsen minyak AS siap melampaui Arab Saudi pada dekade mendatang. Ini akan membuat negara pengonsumsi bahan bakar terbesar di dunia tersebut hampir mencapai swadaya energi sekaligus meletakkannya di jalur eksportir. Itulah outlook terbaru dari Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA).Penambahan pasokan minyak mentah yang diekstrak melalui teknologi baru, termasuk rekah hidrolik dari formasi batuan bawah tanah akan mengubah AS menjadi produsen terbesar selama lima tahun mulai 2020. Menurut Departemen Energi di Washington, AS mampu memenuhi 83% kebutuhan energi dalam enam bulan pertama tahun ini.
Prospek IEA itu akan membawa pergeseran pusat pengaruh di pasar minyak dunia, kata Gareth Lewis-Davies, analis di BNP Paribas SA di London. Mengingat Arab Saudi bersedia menaikkan dan menurunkan produksi, ia akan tetap mempertahankan pengaruh, dan tetap penting sebagai penentu harga. Menurut data Departemen Energi, impor minyak mentah AS turun 11% tahun ini dan berada di trek untuk menghasilkan minyak terbesar sejak 1991. Ketika Iran mengancam untuk menghentikan pengiriman minyak melalui Teluk Persia, produksi minyak AS justru tumbuh.
Ditambah dengan ledakan produksi gas, ini dapat membantu melindungi AS dari gangguan pasokan. Pada 2006, Presiden George W Bush mengingatkan agar segera memecahkan masalah kecanduan terhadap minyak asing.AS diproyeksikan akan menghasilkan 11,1 juta barel minyak per hari pada 2020 dan 10,9 juta pada tahun 2025. Mereka akan unggul 500.000 barel per hari dibandingkan dengan Arab Saudi untuk tahun-tahun itu. Namun, kerajaan padang pasir itu akan menjadi produsen terbesar lagi pada 2030, menghasilkan 11,4 juta barel per hari dibandingkan AS yang menghasilkan 10,2 juta barel per hari.
Demikian informasi berita finansial dengan mengangkat topik AS yang menjadi raja minyak baru. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar