Sabtu, 04 Desember 2010

Menyamar Demi Melawan Prostitusi Anak di Kamboja !

Berkeliling dunia mulai dari Sudan ke Nikaragua diteruskan ke Israel dan kini terdampar di Kamboja. Tak ada tujuan lain di benak Aaron Cohen selain melawan perbudakan seks anak. Cohen dikenal sebagai aktivis anti-perbudakan seks anak.


Beberapa kali dia mengunjungi Kamboja, di mana, menurutnya, perbudakan seks anak sangat parah dibandingkan negara yang pernah dikunjunginya. Cohen memulai aksi dari tempat prostitusi, hiburan malam, dan menjelajah ke pelosok-pelosok untuk melawan perbudakan anak.



Ia Menjadwalkan perjalanannya ke Kamboja pada bulan November. Maklum, pada bulan tersebut rakyat Kamboja biasanya merayakan festival air Bonn Om Teuk untuk menandai berakhirnya musim hujan. Ketika berlibur, Cohen pun selalu mengajak Jonty dan saudaranya.


Apa yang dilakukan Cohen dapat menjadi rujukan untuk membantu memutus rantai perbudakan seks anak-anak. Menurut Cohen, kasus perdagangan anak-anak umumnya memiliki latar belakang karena permasalahan ekonomi dan kemiskinan.


Cohen mencontohkan, keluarga Jonty bermigrasi dari Vietnam ke Kamboja setelah perang Vietnam. Dihadapkan kepada permasalahan utang, ibu Jonty menjual putrinya ketika berusia 10 tahun kepada seseorang di perbatasan Kamboja dan Thailand.


Pria itu mengaku kepada ibu Jonty bahwa putrinya akan menjual permen di klub malam. Namun, nyatanya, Jonty tak pernah menjual permen. Yang ada, dia dipaksa menjual diri dan berulang kali diperkosa serta dipukuli. Jonty dibebaskan si tuannya dan diizinkan kembali ke Battambang, Kamboja.


Namun, dia dan adiknya kembali ingin bekerja di bar untuk membantu keluarga mereka melunasi utang. Cerita ini dituturkan Cohen yang pertama kali bertemu dengan Jonty Thern ketika berusia 13 tahun.


"Saya bekerja memata-matai perbudakan seks," ungkap Cohen. "Saya mengaku sebagai turis yang ingin berwisata seks dan menjelajah dari satu bar ke kafe lainnya, dari tempat pijat ke tempat karaoke, untuk mencari pekerja seks dibawah umur," tuturnya.


Dalam perburuannya, Cohen selalu menemukan gadis-gadis dibawah umur yang menjajakan tubuh mereka. "Saya menemukan gadis-gadis muda pada malam kedua atau ketiga. Saya pun meminta Jonty dan saudara perempuan dan sekelompok gadis dibawah umur," papar Cohen.


Sejak saat itu, Cohen pun mengajak beberapa temannya untuk bergabung dengannya untuk menyamar. Setelah merasa nyaman, dia pun menanyakan kepada mucikari sebuah pertanyaan penting yaitu berapa tarif untuk "menyewa" satu gadis itu. "USD50," jawab mucikari.


Apa yang diungkapkan sang mucikari dan insiden di bar tersebut ternyata direkam Cohen menggunakan ponsel. Bukti video tersebut pun diserahkan kepada polisi untuk menggerebek rumah pelacuran tersebut. Puluhan anak dibawah umur termasuk Jonty dan adiknya, Channy, pun dibebaskan pada malam itu.


Mereka dikirim ke tempat perlindungan korban seksual dan mendapatkan perawatan, konseling, dan pendidikan. Hanya saja, kunjungan terbaru Cohen ke Kamboja beberapa waktu lalu bukan merupakan reuni yang menggembirakan.


Dia tidak lagi menemukan Jonty dengan senyumnya. Yang ada, justru gadis yang telah berusia 17 tahun itu terbujur kaku, menyerah karena menderita gagal ginjal. Cohen ikut mengantarkan upacara pemakaman Jonty. 


Keluarga Jonty mengklaim bahwa putrinya meninggal karena kecanduan alkohol dan penyalagunaan obat-obatan sejak menjadi budak seks. Untuk membantu korban perbudakan seks anak-anak, Cohen mendirikan AbolishSlavery.org pada tahun lalu.


Namun, dia telah berjuang membebaskan para korban budak seks lebih dari satu dekade lalu. "Saya menempatkan Kamboja sebagai tempat paling buruk dalam perdagangan manusia untuk perbudakan seks di dunia. Sedangkan India berada di tingkat kedua," tutur Cohen.


Menurut data lembaga nirlaba, End Child Prostitution, Abuse and Trafficking (ECPAT), hampir satu pertiga dari pekerja seks di Kamboja adalah anak-anak. Departemen Luar Negeri AS (Deplu) pun menekan Kamboja untuk menghentikan epedemi perbudakan anak itu.


Laporan perdagangan orang 2009, Deplu AS menempatkan Kamboja masuk dalam urutan kedua negara yang harus diawasi. Kamboja memang dikenal dengan wisata seks anak. Umumnya, pria Asia berlibur ke Kamboja untuk mencari gadis-gadis di bawah umur.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar